Langsung ke konten utama

Momen Ramadhan Mubarak

                                 https://pin.it/24bwfEh

Hidup kalau ga ada yang ditunggu, rasanya tuh kayak ada yang hilang. Ramadhan, entah anak kecil, remaja, maupun dewasa pasti mereka menunggu masa ini datang, karena vibes dari bulan satu ini memang beda dari bulan-bulan yang lain. Jujur kalau aku bilang, lebih seneng nyambut ramadhannya dari pada nunggu idul fitrinya. 

Serius, setelah gua menjajaki usia di 20 tahun ke atas ini, gua lebih seneng dan lebih bahagia banget menyambut ramadhan dari pada idul fitri. Beda kan kalau waktu kecil tuh, kayak mikir "Wah, puasa terus ntar idul fitri". Dulu tuh mikir senengnya cuma pas di hari lebaran itu, tapi pas puasa kayak yaudah puasa aja. Apa karena waktu kecil tuh, kalau lebaran pake baju baru, terus dapet angpau dari orang banyak jadi jatuhnya tuh lebih seneng di lebarannya, bukan puasanya. Bisa jadi gitu kali ya (?) Hahahha. Kalau diusia sekarang persoalannya mah bukan tentang itu lagi, tapi kenyataan bahwa kita kadang ga siap buat ketemu orang-orang pas lebaran, kadang kita ga siap dengan interaksi yang hanya haha hihi ketawa ketiwi padahal jujur ga asik, dan emang karena kadang muncul pertanyaan basa-basi yang seharusnya ga muncul di momen yang fitri. Kita ga siap dengan drama yang akan terjadi.

Serba serbi ramadhan tuh pasti membekas di tiap tahunya, karena prosesnya yang lama. Maka kenangannya juga membekas, lama. Tahun lalu, inget banget gua ramadhan gini di kos, karena waktu itu gua masih nyusun skripsi sama magang. Ramadhan yang penuh dengan kesibukan, tapi tuh tetep seru gitu loh weh, kayak lo tuh traweh ga bakal sendiri. Lo sama temen-temen kos tuh, pasti bakal cari masjid yang salatnya cepet, yakin gua. Pasti gitu, karena gua juga gitu. Entar sahur cari lauk juga barengan, kalau ga sempet sahur yaudah minum air putih sama roti. Saling bangunin sahur ntah gedor pintu atau spam telpon di WA. Berburu kajian nggak lupa berburu takjil masjid kampus. Wah, susah sih lupainya, tapi emang ga bakal dilupain woi. Maka dari itu kadang momen puasa akan lebih berkesan dan terkenang dari pada momen lebarannya. Ya ga siii? 

Banyak banget hal-hal yang bikin rindu dan pengin di ulang di ramadhan kali ini. Sayangnya beberapa udah ga bisa diulang dan cuma cukup dikenang. Eitsss, ini kenapa sedih gini dah.

Dah udah, semoga ramadhan ini kita diridhoi dan diberkahi sama Allah ya. Semoga kita dijauhkan dari hal-hal yang bisa menggugurkan amalan puasa kita. Yuk bisa yuk fokus jadi versi terbaik diri di 30 hari ini. Biar setelah 30 hari itu kita bisa terus jadi versi terbaik dan ga balik lagi jadi versi yang mungkin kurang baik. 

Sekian, selamat berpuasa teman-teman.


Komentar

  1. I just realized that, we aree, wkwk after our 20s, we do wait for the Ramadhan not the Eid Al Fitr😭 cause what?? we are not so ready n far from acceptance for what drama will come along on that day v: within our bigggg fam

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Kalau Kita Hanya Menjadi Sebuah Opsi?

https://pin.it/6C4QQF7J1 Siapa kira bahwa setiap manusia bisa menjadi sebuah opsi di kehidupan manusia lain? Menjadi pilihan dari sejumlah alternatif, atau dalam penggunaan bahasa sedihnya bukan menjadi tujuan utama seseorang. Cukup menyedihkan jika terlalu dalam dipikirkan. Menerima fakta jika kita hanya menjadi opsi saat tujuan utama belum bisa digapai. Menerima fakta jika kita hanya menjadi tempat singgah saat tujuan utama belum bisa menjadi sungguh.  Rasanya menyalahkan orang lain yang tidak mau menjadikan kita tujuan utama juga tidak benar. Mungkin hati kita yang terlalu berharap, supaya kita bisa menjadi tujuan utama dan bahagia bersama selamanya. Tapi ternyata cuma angan semata, ketika kita tahu fakta sebenarnya. Lalu, setelah tertampar fakta yang nyata itu... apa sebaik-baik hal yang harus dilakukan? Jika logika berjalan waras, disuguhi fakta sedemikan rupa dan menyadari bahwa kita hanya menjadi pilihan, akan lebih baik jika kita menyudahi semua. Namun, meninggalkan semuany...

Kenapa Ya, Menulis itu Lebih Lancar Kalau Kita Lagi Ga Baik-Baik Aja?

Ini sebenarnya salah, seharusnya menulis itu bisa dilakukan dalam kondisi apapun. Bukan di saat kita sedang ga baik-baik aja, bukan di saat diri kita ga punya siapa-siapa buat cerita, bukan di saat kita menganggap seluruh orang di dunia ini menyebalkan, bukan di saat kita nangis di pojokkan kamar karena merasa sendiri dan ngga ada siapa-siapa yang mau mengerti kita, bukan di saat kita marah karena terlalu lelah menghadapi kebijakan pemerintah yang makin ngawur setiap harinya. Harusnya menulis bisa dilakukan kapan pun entah apapun kondisinya. Tapi kalau gue berpendapat menulis itu akan lebih lancar ketika kita sedang ga baik-baik aja. Alasannya? Ketika kita sedang ga baik-baik aja dengan kehidupan kita, banyak emosi yang lama sekali kita timbun di dalam hati kecil ini yang kapan saja bisa meledak tanpa kita tahu di waktu kapan ia akan meledak. Lalu kenapa bisa jadi lancar? Karena dengan menulis entah apapun itu jadi satu perantara menyalurkan emosi kita yang sudah lama sekali kita penda...

Fatherless: Ketika Kehadiran Bapak Hanya Sekadar Hadir

                               https://pin.it/6RCwbmz Butuh keyakinan dan kekuatan yang kuat buat nulis ini.  Gua tahu istilah fatherless tuh belum lama, dan ternyata wah yang gua rasain selama ini tuh fatherless deh. Belum lama ini kan ada tuh survei yang mengatakan kalau di Indonesia tingkat fatherless tuh banyak banget. Jadi, ya wow gitu ternyata fenomena fatherless ini banyak dialami oleh kebanyakan anak bahkan sampai anak itu udah ga disebut anak-anak lagi alias udah dewasa. Menurut cnn.indonesia fatherless adalah kondisi di mana seorang anak yang tumbuh bersama ibunya tanpa kehadiran ayah baik secara fisik atau psikologis. Nah keadaan seperti anak yatim itu bisa disebut fatherless . Bukan cuma anak yatim, ternyata jika keadaan seorang anak, orang tuanya masih komplit tapi yang mendominasi kehidupan pertumbuhan mereka itu cuma ibu, juga bisa disebut fatherless . Maksudnya gimana sih...