Langsung ke konten utama

Tentang Ekspektasi dalam Sebuah Perjalanan

Sebuah perjalanan akan lebih menyenangkan dan berkesan apabila tidak direncanakan sama sekali. Pasti sering banget nggak sih, udah jauh-jauh hari nyusun rencana, plan A sampai Z, eh ternyata di hari H nggak sesuai sama rencana, lebih parahnya boro-boro terlaksana, kejadian juga enggak. Jiahahaha, siapa yang sering?  Gue sering banget, dari jaman SMP sampe sekarang hahaha, dan itu tuh bikin kesel, kesel banget gitu loh. 

Tau nggak sih, ternyata perjalanan yang nggak terencana tuh bikin lebih terkenang dari pada kita udah ekspek sesuatu di otak kita. Entar kalau nggak sesuai rencana tuh kayak bad mood sendiri gitu. Serius, gua akhir-akhir ini sering ngelakuin perjalanan yang nggak terencana dan kayak iya weh lebih menantang gitu. Deg-degan jantungnya tuh lebih nyata, hahaha. Lah dikira degupan jantung saat ini palsu apa ya. Berbekal nggak menaruh ekspektasi apa-apa di perjalanan tuh bikin hati berasa “udah deh, udah jalan aja” ntar kejadian apa udah hadepin nanti aja. Sekarang, saking seringnya gua berkelana ke mana-mana tanpa ekspektasi apa-apa ternyata membuat gua lebih menikmati perjalanan gua dan menikmati tiap ketemu orang-orang di perjalanan dengan senang, iya seneng banget. 

Sebelum gua bisa difase yang tidak menaruh ekspektasi apa-apa di perjalanan, jauh sebelum itu gua selalu berekspektasi dengan perjalanan-perjalanan yang pernah dilalui. Mulai dari ntar berangkat jam segini nah nanti harus nyampe di sana jam segini, terus nanti kalau lewat sini kayaknya nggak macet deh, eh ternyata ya begitulah bangjo di kota banyak banget, elah. Belom lagi kalau ternyata nanti kehabisan bensin di jalan atau ban lo tiba-tiba bocor, makin hadeh dan amuradul tuh ekspektasi. Gua selalu berekspektasi dengan perjalanan yang akan gua lakuin dan ketika ekspektasi-ekspektasi itu nggak terjadi gua kesel, gue kecewa. Kayak yang, sebenernya lo tuh harusnya seneng eh, malah karena ekspektasi yang lo bangun itu nggak kejadian, yaudah lo kecewa, udah itu.

Nah, mulai sekarang karena gua dah sedikit sadar tentang perjalanan ke mana-mana yang ga perlu ekspektasi apa-apa. Gua kalau ada urusan apapun yaudah gua berangkat aja, kiranya apa yang perlu dibawa, gua siapin. Misal gua ga ada rencana apa-apa, yang notabene gua pengin di rumah aja tapi tiba-tiba disuruh “Mbak ke kantor ya”, “Mbak ntar ketemu di sini ya”, dan mbak, mbek lainnya. Yaudah gua tinggal lakuin aja, walaupun agak kesel disuruh harus ini itu, dan terserah nanti mau ada apa, mau gimana. Poin pentingnya ketika lo dalam perjalanan lalu radar lo tiba-tiba menangkap sinyal ada sesuatu yang bisa bikin lo bahagia kemudian lo ternyata bisa nangkap radar itu, gatchaaa!!!! 

Perjalanan tanpa ekspektasi itu bisa menemukan kebahagian yang ga lo duga dan ga pernah lo sangka. Kebahagiaan yang ga pernah lo bayangin sebelumnya, yang ternyata ga pernah ada di ekspektasi lo sebelumnya. Maka dari itu sekarang entah tentang perjalanan, tentang hidup ataupun tentang kamu (cieelah), gua udah ga akan berekspektasi apapun, gua akan melakukan yang gua bisa dan gua jangkau. Lepas dari segala ekspektasi yang ada, karena nanti ujung-ujungnya kecewa kalau nggak kejadian. Kalau kejadian, ya gua seneng lah euyyy. 

Semoga tulisan ini nggak membosankan ya dan semoga lo pada bisa nangkep apa yang gua maksud. Sadar kalau tulisan gua ini masih acak adul, bisa banget kritik, saran atau tanya-tanya gua entah di mana pun biar hidup gua nggak sepi-sepi amat gini. Hahahah. Terima kasih sudah membaca.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Kalau Kita Hanya Menjadi Sebuah Opsi?

https://pin.it/6C4QQF7J1 Siapa kira bahwa setiap manusia bisa menjadi sebuah opsi di kehidupan manusia lain? Menjadi pilihan dari sejumlah alternatif, atau dalam penggunaan bahasa sedihnya bukan menjadi tujuan utama seseorang. Cukup menyedihkan jika terlalu dalam dipikirkan. Menerima fakta jika kita hanya menjadi opsi saat tujuan utama belum bisa digapai. Menerima fakta jika kita hanya menjadi tempat singgah saat tujuan utama belum bisa menjadi sungguh.  Rasanya menyalahkan orang lain yang tidak mau menjadikan kita tujuan utama juga tidak benar. Mungkin hati kita yang terlalu berharap, supaya kita bisa menjadi tujuan utama dan bahagia bersama selamanya. Tapi ternyata cuma angan semata, ketika kita tahu fakta sebenarnya. Lalu, setelah tertampar fakta yang nyata itu... apa sebaik-baik hal yang harus dilakukan? Jika logika berjalan waras, disuguhi fakta sedemikan rupa dan menyadari bahwa kita hanya menjadi pilihan, akan lebih baik jika kita menyudahi semua. Namun, meninggalkan semuany...

Kenapa Ya, Menulis itu Lebih Lancar Kalau Kita Lagi Ga Baik-Baik Aja?

Ini sebenarnya salah, seharusnya menulis itu bisa dilakukan dalam kondisi apapun. Bukan di saat kita sedang ga baik-baik aja, bukan di saat diri kita ga punya siapa-siapa buat cerita, bukan di saat kita menganggap seluruh orang di dunia ini menyebalkan, bukan di saat kita nangis di pojokkan kamar karena merasa sendiri dan ngga ada siapa-siapa yang mau mengerti kita, bukan di saat kita marah karena terlalu lelah menghadapi kebijakan pemerintah yang makin ngawur setiap harinya. Harusnya menulis bisa dilakukan kapan pun entah apapun kondisinya. Tapi kalau gue berpendapat menulis itu akan lebih lancar ketika kita sedang ga baik-baik aja. Alasannya? Ketika kita sedang ga baik-baik aja dengan kehidupan kita, banyak emosi yang lama sekali kita timbun di dalam hati kecil ini yang kapan saja bisa meledak tanpa kita tahu di waktu kapan ia akan meledak. Lalu kenapa bisa jadi lancar? Karena dengan menulis entah apapun itu jadi satu perantara menyalurkan emosi kita yang sudah lama sekali kita penda...

Fatherless: Ketika Kehadiran Bapak Hanya Sekadar Hadir

                               https://pin.it/6RCwbmz Butuh keyakinan dan kekuatan yang kuat buat nulis ini.  Gua tahu istilah fatherless tuh belum lama, dan ternyata wah yang gua rasain selama ini tuh fatherless deh. Belum lama ini kan ada tuh survei yang mengatakan kalau di Indonesia tingkat fatherless tuh banyak banget. Jadi, ya wow gitu ternyata fenomena fatherless ini banyak dialami oleh kebanyakan anak bahkan sampai anak itu udah ga disebut anak-anak lagi alias udah dewasa. Menurut cnn.indonesia fatherless adalah kondisi di mana seorang anak yang tumbuh bersama ibunya tanpa kehadiran ayah baik secara fisik atau psikologis. Nah keadaan seperti anak yatim itu bisa disebut fatherless . Bukan cuma anak yatim, ternyata jika keadaan seorang anak, orang tuanya masih komplit tapi yang mendominasi kehidupan pertumbuhan mereka itu cuma ibu, juga bisa disebut fatherless . Maksudnya gimana sih...