Langsung ke konten utama

Selamat Wisuda, Ternyata Kehidupan Setelah Drama Skripsi Lebih Mencekam dan Menakutkan

https://pin.it/1GxnXmo

 

    Waktu itu dunia rasanya cukup berat perihal skripsi. Dari akhir semester 7 sampai hampir pertengahan semester 8 tanpa progres sama sekali. Malah keasikan kegiatan magang 6 bulan tanpa menyentuh kembali proposal yang telah diseminarkan. Teman-teman sudah mengurus surat penelitian sedangkan aku masih haha hihi shelving buku di perpustakaan. Teman-teman sudah menyusun bab 4 dan 5 sedangkan aku masih mengurus stock opname buku di close reserve.

    Jangan ditanya tenang atau tidak, aku sudah mulai tidak fokus dengan magangku selam dua bulan terakhir. Akhirnya dengan pemaksaan yang cukup keras aku mulai bertanya bagaimana memina surat penelitian di fakultas, lalu aku mulai begadang di taman kampus bersama temanku untuk menyusun hasil analisisku. Pusing, ribet, kesal, dan bosan. 

    Jantung rasanya tremor ketika harus memijak halaman gedung pascasarjana lalu memasuki ruang dosen untuk berkonsultasi. Rasanya mau pingsan setelah beberapa bulan tidak konsultasi sama sekali. Ternyata konsultasi tidak semenakutkan itu, tapi yaa tergantung dosen pembimbing, mhihi.

    Kebosanan terus merajai, bosan mengetik, bosan mengunduh artikel jurnal, bosan melakukan parafrase dan hal seputar skripsi lainnya. Tapi kebosanan itu hanya terjadi beberapa bulan saja sebelum naskah skripsiku disidangkan. Setelah sidang, ternyata rasanya biasa. Ada lega sedikit, tapi juga tidak karena harus revisi.

    Beberapa bulan setelah sidang, hal-hal tak terduga juga terjadi. Seperti mengurus wisuda yang Masya Allah ribetnya bukan main, kemudian masih harus rebutan kuota wisuda dan tentu ribet mau pakai kostum apa waktu wisuda. Dasarnya manusia, memang semua hal kadang sering dibuat ribet.

    Akhirnya war is over, katanya setelah wisuda. Padahal ternyata perang baru saja dimulai. Kembali ke rumah setelah puluhan purnaman terlewati di bumi perkuliahan. Ada beberapa hal yang hilang, teman, kesenangan, kesempatan main, dan pastinya kesempatan untuk selalu produktif bersama teman-teman. Hal itu kentara sekali terlihat, manusia memang tidak pernah cukup. Tapi itu tidaklah penting.

    Yang penting adalah bagaimana menghasilkan uang setelah kita wisuda? Apa iya mau jadi pengangguran, asli malu. Rumah yang dulu tempat ternyaman untuk pulang, ternyata setelah wisuda (lebih tepatnya karena belum bekerja pada saat itu) menjadi tempat paling tidak nyaman dan tidak bisa berkespresi. Saya juga bingung, kenapa hal itu terjadi. Nyatanya bukan penghuninya yang bermasalah, namun beberapa penduduk sekitar yang  membuat rasa nyaman itu hilang. 

    Hari-hari selalu terasa mencekam dan menakutkan. Kenapa bisa tiba-tiba sudah pagi lagi, padahal baru saja tadi matahari terbit dari ufuk timur. Kenapa harus ada pertanyaan-pertanyaan yang sama lagi padahal jelas-jelas kemarin pertanyaan itu sudah ditanyakan.

    Sebentar sebentar, sepertinya diri ini pada saat itu harus menghilang sebentar. Hahahaa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Kalau Kita Hanya Menjadi Sebuah Opsi?

https://pin.it/6C4QQF7J1 Siapa kira bahwa setiap manusia bisa menjadi sebuah opsi di kehidupan manusia lain? Menjadi pilihan dari sejumlah alternatif, atau dalam penggunaan bahasa sedihnya bukan menjadi tujuan utama seseorang. Cukup menyedihkan jika terlalu dalam dipikirkan. Menerima fakta jika kita hanya menjadi opsi saat tujuan utama belum bisa digapai. Menerima fakta jika kita hanya menjadi tempat singgah saat tujuan utama belum bisa menjadi sungguh.  Rasanya menyalahkan orang lain yang tidak mau menjadikan kita tujuan utama juga tidak benar. Mungkin hati kita yang terlalu berharap, supaya kita bisa menjadi tujuan utama dan bahagia bersama selamanya. Tapi ternyata cuma angan semata, ketika kita tahu fakta sebenarnya. Lalu, setelah tertampar fakta yang nyata itu... apa sebaik-baik hal yang harus dilakukan? Jika logika berjalan waras, disuguhi fakta sedemikan rupa dan menyadari bahwa kita hanya menjadi pilihan, akan lebih baik jika kita menyudahi semua. Namun, meninggalkan semuany...

Kenapa Ya, Menulis itu Lebih Lancar Kalau Kita Lagi Ga Baik-Baik Aja?

Ini sebenarnya salah, seharusnya menulis itu bisa dilakukan dalam kondisi apapun. Bukan di saat kita sedang ga baik-baik aja, bukan di saat diri kita ga punya siapa-siapa buat cerita, bukan di saat kita menganggap seluruh orang di dunia ini menyebalkan, bukan di saat kita nangis di pojokkan kamar karena merasa sendiri dan ngga ada siapa-siapa yang mau mengerti kita, bukan di saat kita marah karena terlalu lelah menghadapi kebijakan pemerintah yang makin ngawur setiap harinya. Harusnya menulis bisa dilakukan kapan pun entah apapun kondisinya. Tapi kalau gue berpendapat menulis itu akan lebih lancar ketika kita sedang ga baik-baik aja. Alasannya? Ketika kita sedang ga baik-baik aja dengan kehidupan kita, banyak emosi yang lama sekali kita timbun di dalam hati kecil ini yang kapan saja bisa meledak tanpa kita tahu di waktu kapan ia akan meledak. Lalu kenapa bisa jadi lancar? Karena dengan menulis entah apapun itu jadi satu perantara menyalurkan emosi kita yang sudah lama sekali kita penda...

Fatherless: Ketika Kehadiran Bapak Hanya Sekadar Hadir

                               https://pin.it/6RCwbmz Butuh keyakinan dan kekuatan yang kuat buat nulis ini.  Gua tahu istilah fatherless tuh belum lama, dan ternyata wah yang gua rasain selama ini tuh fatherless deh. Belum lama ini kan ada tuh survei yang mengatakan kalau di Indonesia tingkat fatherless tuh banyak banget. Jadi, ya wow gitu ternyata fenomena fatherless ini banyak dialami oleh kebanyakan anak bahkan sampai anak itu udah ga disebut anak-anak lagi alias udah dewasa. Menurut cnn.indonesia fatherless adalah kondisi di mana seorang anak yang tumbuh bersama ibunya tanpa kehadiran ayah baik secara fisik atau psikologis. Nah keadaan seperti anak yatim itu bisa disebut fatherless . Bukan cuma anak yatim, ternyata jika keadaan seorang anak, orang tuanya masih komplit tapi yang mendominasi kehidupan pertumbuhan mereka itu cuma ibu, juga bisa disebut fatherless . Maksudnya gimana sih...